ich spreche etwas Deutsch

Hallo, wie geht’s? Hallo, apa kabar?

Ini post pertama di tahun 2020, tahun yang sungguh sangat amat teramat RANDOM. Sedih, galau, kalut, marah hingga pasrah, semua jadi satu. Ini sudah bulan Mei, atau baru bulan Mei? Ingin rasanya skip ke 2021 jika memang 2021 semua lebih baik. Well i believe there must be a silver line. Semua akan menjadi lebih baik, jika sampai tidak, itu sungguh kelewatan, setelah yang semua penduduk dunia alami terutama dengan adanya Covid-19 ini.

Oh sungguh paragraf pembuka yang salah dan emosional. Padahal saia hanya ingin cerita sedikit tentang pengalaman saia belajar bahasa Jerman. 😀 Level A1.1, 4 bulan sudah terlewati untuk belajar bahasa Jerman, i could say that ich spreche etwas Deutsch! Saya bisa berbicara sedikit bahasa Jerman!

Kembali belajar di kelas setiap Sabtu merupakan tantangan buat saia, tertantang untuk tetap bangun pagi ketika weekend, tertantang untuk bertemu teman-teman baru yang bahkan seumuran keponakan saia, dan tertantang belajar bahasa sebagai salah satu kelemahan saia. Bahasa Inggris aja ndak bagus, bahasa Swedia cuma belajar dari Duolingo bahkan sudah lupa dan sekarang berani-beraninya belajar Deutsch. Dalam satu kata kadang ada berderet konsonan, tiap kata ada “gender”nya, tiap kata kerja bisa berubah tergantung subjeknya, berikut saia contohkan ya:

Subjek Makan:Essen Minum:Trinken Bicara:Sprechen Main:Spielen
I: Ich Esse Trinke Spreche Spiele
You: Du Isst Trinkst Sprichst Spielst
They: Sie Essen Trinken Sprechen Spielen
We: Wir Essen Trinken Sprechen Spielen
He/She/It: er/sie/es Isst Trinkt Spricht Spielt
Ihr Isst Trinkt Spricht Habt

Sudah terlihat ya polanya, jadi kata dasar verb itu biasanya berakhiran -en namun jika dalam kalimat akan disesuaikan dengan subjek, pada Saya maka kata kerjanya berakhiran -e, kamu -st, Sie dan harus ditulis kapital untuk membedakan dengan sie (she) akhiran kata kerjanya -en begitu juga dengan wir, dan sisanya berakhiran -t. Namun sayangnya tidak semua kata kerja beraturan, seperti pada Makan dan Bicara, dan banyak lagi lainnya. Sehingga jika dicontohkan dalam kalimat akan menjadi:

  • Ich esse Orange.
  • Du trinkst Kaffee.
  • Sie spielen Fußball.
  • Wir kommen aus Indonesia.
  • er/sie/es spricht Englisch.
  • Ihr trinkt Tee.

Belum lagi artikel der/die/das untuk maskulin/feminin/neutrum jika sebagai subjek, sebagai objek bisa berubah jadi den/die/das lalu untuk a/an di Deutsch jadi ein/eine/ein. Yang seru ketika belajar baca angka, ndak boleh ada spasi jadi untuk menulis 999.999 adalah neuntausendhundertneunundneunzigtausendneunhundertneunundneunzig lalu di puluhan tulis dulu satuannya, misal 29: neunundzwanzig 98:achtundneunzig.

Untuk cara membaca sebenernya sesuai dengan yang ditulis, hanya beda beberapa saja, misal pada eu dibaca oi, ei dibaca ai, dst.

Yang paling membuat saia merana adalah ketika tidak ada pola kata gender, misal untuk kata kopi itu bagaimana taunya m/f/n? kaffee ternyata maskulin sehingga dengan artikel menjadi der Kaffee, lalu water: wasser itu neutrum sehingga jadi das Wasser. Lalu ketika kami bertanya ke pengajar bagaimana tipsnya agar bisa tahu itu maskulin/feminin/neutrum? jawabnya adalah “Ya biasakan saja dan dihafal” DIHAFAL, ya ampun cobaan apa lagi ini wkwkwkwk.

Terakhir ni, kata-kata bergender itu harus Kapital tulisnya jadi bukan der kaffee tapi der Kaffee, monmaap ternyata bukan alay ada kapital di tengah-tengah. 4 bulan belum bisa membuat saia bisa berbicara lancar, ingat baru A1.1 lho, masih ada sampe A1.3 lalu A2.1-A2.3 baru ke B. wkwkwkw.. (brb cari private class aja kali ya :mrgreen:

Ini sepenggal penutup dari saia, Hallo, ich bin Ayi, ich komme aus Jakarta, ich wohne in Depok. Ich esse Brot und trinke Kaffee zum Frühstück. Ich tanze nicht gern. Ich lese buch gern. Danke. Bis bald, Tschüss, schones wochenende!

 

Leave a comment